Ada Unsur Anti Kristen, Serial The Last of Us Kembali Dikecam
Tak cukup dengan kontroversi dengan unsur LGBTQ+ yang menuai kecaman dari berbagai pihak, serial The Last of Us kembali menarik perhatian usai dirilisnya episode 8 berjudul ‘When We Are in Need’ yang dikatakan memuat unsur anti kristen.
Episode yang dirilis oleh HBO pada minggu lalu itu dikritik dan dikecam oleh komunitas Kristen. Pasalnya, dalam episode tersebut terdapat seorang karakter bernama David yang digambarkan sebagai seorang pendeta pedofil.
Dalam salah satu adegannya, David memerankan adegan membaca salah satu ayat dari alkitab 1 Yohanes 4:18 yang berbunyi: ‘Di dalam kasih tidak ada ketakutan’.
Ayat tersebut digunakan sang pendeta untuk menjustifikasi pelecehan seksualnya terhadap karakter Elie yang masih anak di bawah umur. Dan tak hanya itu saja, jemaat atau pengikut dari pendeta itu bahkan digambarkan sebagai kanibal.
Baca Juga: Snoop Dogg Luncurkan Produk INDOxyz Coffee dengan Kopi Khas Indonesia
I do think there is an anti-Christian bias in Hollywood. As soon as the David character in “The Last of Us”
started reading from the Bible I knew that he was going to be a horrific villain. Could there be a Bible-reading preacher on a show who is actually loving and kind?— RainnWilson (@rainnwilson) March 11, 2023
Itulah yang kemudian membuat serial The Last of Us menuai kecaman komunitas Kristen yang menilai serial tersebut telah memuat adegan anti Kristen dalam episode terbarunya.
Adanya unsur anti Kristen dalam serial The Last of Us juga dikemukakan Rainn Willson, seorang aktor yang juga aktif bermedia sosial, dalam cuitannya di twitter pada Minggu (12/3).
“Saya pikir ada bias anti-Kristen di Hollywood. Segera setelah karakter David dalam “The Last of Us” mulai membaca dari Alkitab, saya tahu bahwa dia akan menjadi penjahat yang mengerikan. Mungkinkah ada pengkhotbah yang membaca Alkitab di sebuah acara yang sebenarnya pengasih dan baik hati?” tulis Rainn Willson saat diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.