Pengamat militer dan hankam, Connie Rahakundini Bakrie hadir di Pondok Pesantren Al Zaytun atas undangan pimpinan Panji Gumilang dalam peringatan 1 Suro.
Meskipun Panji Gumilang tengah menjadi sorotan karena sejumlah kontroversi yang terjadi, namun Connie Rahakundini Bakrie tak ragu untuk hadir ke Ponpes Al-Zaytun. Bahkan, dia juga memberikan sambutan pada acara tersebut, Rabu (19/7/2023).
Connie Rahakundini hadir di Ponpes Al Zaytun mengenakan stelan blues putih-putih memberikan sambutan di hadapan para hadirin dan tampak pula Panji Gumilang di bagian depan.
Selain memberikan sambutan, Connie Rahakundini ditemani Komandan Lanal Letkol Ridwansyah menyempatkan melihat langsung galangan kapal mandiri yang dibangun Ponpes Al Zaytun.
“Bersama Syekh Panji Gumilang melihat langsung galangan kapal mandiri yang dibangunnya. Saya tiba bersama Komandan Lanal Letkol Ridwansyah sebagai representasi “penguasa laut dan pesisir” NKRI, Dosen Unhan dan Dosen STIK-PTIK,” ujar pengamat militer itu.
“Jadi, biasakan ya budaya mempelajari, melihat sendiri dan menggunakan kedewasaan berfikir, bukan main menghakimi,” imbuhnya.
Kedatangan Connie ke Ponpes Al Zaytun itu menuai pendapat pro kontra dari publik. Menurutnya, cara dia dan tim dalam meneliti suatu hal bukan karena opini. Melainkan sebisa mungkin membentuk persepsi berdasarkan fakta dan bukti nyata.
“Cara saya dan tim dalam meneliti suatu hal, bukan bermain opini, tetapi sedapat mungkin membentuk persepsi berdasarkan fakta dan bukti nyata,” jelasnya.
“Jika saya tidak datang memenuhi undangan untuk menyampaikan orasi ttg Kebangkitan Ekonomi Biru Indonesia Raya dari Pimpinan Ponpes Al Zaytun, bagaimana bisa kami melihat, menyaksikan dan berinteraksi? Bagaimana kami bisa bilang hitam adalah hitam putih adalah putih?” tambahnya.
Panji Gumilang Beri Nama Kapal Connie Rahakundini Bakrie
Sebelumnya, Panji Gumilang siap memberikan nama kapal keempat yang sedang dibangun di Galangan Kapal PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana itu dengan nama Connie Rahakundini Bakrie.
“Kami berkeinginan memberi nama kapal ke-empat yang akan dibangun dengan nama Connie Rahakundini Bakrie. Malah nanti setelah Amal Hayati atau Malahayati, kita minta izin kepada tokoh Indonesia yang berani menyuarakan hal yang benar Connie Rahakundini Bakrie,” kata Panji Gumilang dalam video saat ceramah sholat Jumat di Ponpes Al-Zaytun, Selasa (20/6/2023).
Bahkan, ia menyandingkan Connie setara dua figur tokoh terkenal yang memiliki armada perang di laut asal Jepara dan Aceh, yaitu Ratu Kalinyamat dan Laksamana Malahayati. Jika Ratu Kalinyaman berjuang melawan Portugis yang datang ke Nusantara maka Malahayati dikenal berani melawan Belanda.
Bahkan, ia menyebut, kapal Connie nanti dibuat setara dengan Bahtera Nabi Nuh yang memiliki panjang 158 meter, tinggi 50 meter, dan lebar 25 meter yang terdiri tiga tingkat. Menurut dia, pembuatan kapal besar itu untuk mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa dulu mereka berasal dari keturunan para pelaut hebat.
“Mudah-mudahan, ya diawali dari masjid ini mudah-mudahan kalau disiarkan oleh Zaytun bisa sampai ke Bu Connie nanti kita kirim surat nanti, karena setelah ketiga mesti keempat kalau memang disepakati oleh beliau itu kapal sepanjang kapal Nabi Nuh nanti, Kapal Connie, untuk menandakan nenek moyangku orang pelaut,” ucap Panji Gumilang.
Namun, Connie pun dengan halus menolak tawaran tersebut. Menurutnya, namanya belum pantas untuk diabadikan dalam sebuah kapal.
Sebagai gantinya, ia menawarkan Panji tiga nama perempuan hebat di Indonesia untuk dijadikan nama kapal.
Pertama, Putri Mayang Selodong dari Aceh. Connie menuturkan sosok putri tersebut hidup di abad ke-5. Putri Mayang Selodong merupakan sosok penting yang menjadi cikal bakal semua kerajaan Islam di Aceh.
Kedua, Laksamana Maharani, sosok perempuan muda di masa lalu yang pernah belajar ilmu perang dari Turki.
Ketiga, Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, Megawati merupakan sosok perempuan hebat dan pemimpin besar.
Connie juga menilai Megawati sebagai perempuan yang penuh perjuangan. Ia menilai presiden ke-5 RI itu mampu bangkit saat rezim menekan dirinya di masa orde baru.